Friday, December 13, 2024

Rekomendasi Film Dokumenter Tentang Masalah Sampah dan Lingkungan

 


1. Pulau Plastik

Film dokumenter Pulau Plastik: Perjalanan dan Catatan untuk Masa Depan, disutradarai oleh Dandhy Laksono dan Rahung Nasution. Film ini mengangkat fakta-fakta mencengangkan mengenai permasalahan plastik mulai dari impor plastik, hingga mikroplastik yang sudah ada di dalam feses manusia.

Terdapat tiga sosok Utama yang menjadi sudut pandang pada film ini yakni Gede Robi, Tiza Mafira, dan Prigi Arisandi. Mereka menolak diam dan turun langsung melawan plastik sekali pakai. Perpaduan antara ilmu pengetahuan, aktivisme, dan kesenian membawa mereka menelusuri sejauh mana jejak sampah plastik menyusup ke rantai makanan kita, dampaknya terhadap kesehatan manusia, dan aksi yang dapat dilakukan untuk menghentikannya tanpa menimbulkan masalah baru. 

Film Dokumenter Pulau Plastik merupakan kampanye kolaboratif yang menggaungkan pengurangan plastik sekali pakai. Film ini dibuat oleh kerjasama antara Kopernik, Akarumput & Visinema.

Pulau plastik dapat ditonton di Netflix, atau kunjungin laman youtube resmi Pulau Plastik disini


2. The Story of Plastic

Film Dokumenter The Story of Plastic, menyingkap permasalahan di balik polusi plastik. Film ini mengungkap penyebab dan konsekuensi sebenarnya dari krisis plastik yang saat ini terjadi secara global.

Dalam film dokumenter pemenang Emmy Award ini juga diperkenalan siapa para penjahat yang menjadi dalang permasalahan lingkungan hidup yang paling mendesak di dunia. Mulai dari ekstraksi bahan bakar fosil hingga pembuangan plastik, dan seperti apa perlawanan global terhadap hal ini.

Film The Story of Plastic bisa ditonton disini .



3. Buy Now!

Film dokumenter: Buy Now! The Shopping Conspiracy baru dirilis oleh Netflix pada 20 November 2024. Film ini merupakan pengingat bagi mereka yang senang berbelanja, terutama menyinggung budaya pesta belanja Black Fiday.

Film ini mengungkap bahwa tempat pembuangan sampah di seluruh dunia dipenuhi dengan pakaian, teknologi, dan barang-barang rumah tangga yang tidak dimanfaatkan dengan baik dan hanya berakhir menjadi sampah.

Salah satu fakta yang disuguhkan adalah lebih dari 15 juta pakaian bekas dikirim ke Ghana—salah satu importir pakaian bekas terbesar di dunia—setiap minggu dari seluruh dunia. Dalam film tersebut, mantan karyawan Apple Nirav Patel juga menyatakan bahwa secara global, sekitar 13 juta ponsel dibuang setiap hari.

Film dokumenter: Buy Now! The Shopping Conspiracy dapat ditonton di Netflix. 


4. Trashed

Aktor asal Inggris, Jeremy Irons, melakukan perjalanan dari kota tua Sidon di Libanon sampai bantaran Kali Ciliwung untuk melihat permasalahan sampah dari berbagai belahan dunia. 

Film berdurasi 98 menit itu membawa Jeremy ke negara-negara dengan pengelolaan sampah yang baik maupun yang buruk. Mulai dari Vietnam, Islandia, Amerika Serikat, China, bahkan Indonesia.

"Semua bermula dari rasa ingin tahu saya kenapa generasi jaman sekarang tiba-tiba banyak yang mengidap alergi, menderita disleksia, bahkan Attention Deficit Disorder (ADD)," kata Jeremy.


5. Kiss The Ground

Dinarasikan dan menampilkan Woody Harrelson, Kiss the Ground adalah film inspiratif dan inovatif yang mengungkap solusi untuk mengatasi krisis iklim.

Kiss the Ground mengungkapkan bahwa, dengan meregenerasi tanah di dunia, kita dapat menstabilkan iklim bumi secara menyeluruh dan cepat, memulihkan ekosistem yang hilang, dan menciptakan pasokan makanan yang melimpah.

Dengan menggunakan grafik dan visual yang memikat, serta rekaman NASA dan NOAA yang memukau, film ini dengan indah mengilustrasikan bagaimana, dengan menyerap karbon di atmosfer, tanah menjadi bagian yang hilang dari teka-teki iklim.

Tonton Kiss The Ground di Netflix, atau kunjungi laman resmi film tersebut disini.


6. Diam dan Dengarkan

Diam & Dengarkan (Be Quiet & Listen) adalah film dokumenter yang lahir dari renungan di masa pandemi Covid-19. Tentang nilai kesadaran universal, untuk menyadari hubungan kita dengan Semesta.

Film karya Anatman Pictures ini terdiri dari total 6 chapter, dengan masing-masing judul berbeda yang saling berkorelasi. Setiap chapter diisi dengan narator berbeda dan juga berbagai narasumber.

Pembabakan isu menjadi 6 chapter yang berbeda namun saling berkaitan, juga membuat film Diam dan Dengarkan menjadi lebih mudah dipahami. Terutama bagi penonton awam yang baru mulai tertarik dengan isu lingkungan. 

Terdapat banyak narasumber dari latar belakang yang bervariasi dalam film ini. Mulai dari pegiat lingkungan, praktisi kesehatan holistik, plant-based nutitionist, designer, dokter, praktisi meditasi dan yoga, enterpreneur, hinga praktisi pendidikan.

Sudut pandang yang beragam ini semakin menguatkan pemikiran bahwa berbagai gaya hidup sehat memang saling berkorelasi. Kesehatan fisik dan emosional kita, mampu menjelma kelestarian bagi lingkungan.

Film ini dapat ditonton di youtube Anatman Pictures. 


7. Diary of Cattle 

Film dokumenter Diary of Cattle adalah kisah tentang siklus hidup 24 jam kawanan sapi yang hidup dan merumput di sebuah tempat pembuangan sampah di Indonesia.

Tidak ada narasi suara dalam film ini. Film yang berdurasi hanya 18 menit ini menampilkan keseharian sapi-sapi yang makan, tidur siang, bermain, dan atau mati di tempat pembuangan sampah. 

Film karya David Darmadi, dan Lidia Afrilita ini mampu menyayat hati siapapun yang menontonnya. Apalagi dengan suguhan fakta bahwa sapi-sapi tersebut merupakan sapi yang diternakkan untuk keperluan sebagai sapi potong yang dagingnya nanti akan dikonsumsi.

Film Diary of Cattle tidak dapat diakses secara bebas, namun dapat menghubungi in.docs untuk menonton film tersebut.


8. Just Eat It 

Just Eat It adalah cerita tentang Jen dan Grant yang peduli dengan sampah makanan. Mereka mendokumentasikan perjalanan enam bulan mereka yang hanya mengandalkan makanan yang terbuang sia-sia atau makanan yang 'diselamatkan'.

Film Just Eat It bukan hanya tentang dumpster diving, sebuah budaya mengambil makanan yang masih layak makan dari tong sampah. Jen dan Grant juga memperlihatkan bagaimana mereka bisa hidup dengan memanfaatkan makanan dari sisa makanan yang mereka temukan di lemari es milik keluarga mereka. 

Film berdurasi 74 menit ini mengajak kita merenungkan Kembali berapa sering kita berbelanja, namun makanan hanya berakhir di lemari es untuk tidak dikonsumsi.

No comments:

Post a Comment