Saturday, July 6, 2024

Menelusur Alam Imajinasi dengan Limbah Rumah Tangga: Pameran Hocus Pocus Recycle Experience

 

Pameran Hocus Pocus REEXP Solo Exebition. Foto Doc: zerowasteadventure

SESOSOK robot tinggi berukuran sekitar 2 meter menyambut saya saat memasuki ruang pameran Nuart Sculpture Park. Entah kenapa, baru melihat dari kejauhan dan sekilas saja, robot berwarna biru itu langsung mengingatkan saya dengan bentuk-bentuk robot yang ada di film Star Wars.

Di film Star Wars, ada banyak bentuk robot humanoid dan droid yang unik, di mana bagian-bagian tubuhnya disusun menggunakan berbagai variasi spare part mesin atau bahkan sampah metal. Jika rusak, droid maupun robot humanoid bisa diperbaiki, salah satunya menggunakan sampah spare part yang didapatkan para Jawas, suku pemulung nomaden berasal dari Tatooine yang hidup mengelilingi gurun pasir untuk mengumpulkan sampah-sampah spare part dan mereka jual.

Pameran Hocus Pocus REEXP Solo Exebition. Foto Doc: zerowasteadventure


Benar saja, ketika berjalan memasuki ruangan dan melihat robot biru itu lebih dekat, ia memang dibentuk dari berbagai macam benda bekas. Bagian kepala, badan, dan kakinya dari drum bekas. Topi di atas kepalanya adalah corong minyak. Juga ada kaleng kerupuk yang menjelma sebagian lengannya, dilengkapi semacam bekas pipa untuk menyempurnakan tangannya.

Matanya terasa begitu hidup meski terbuat dari roda gerigi bekas motor. Dan mulutnya yang meski terbuat dari potongan besi bekas, seakan mampu berbicara dan tengah menyambut saya dengan ucapan hangat dan menyenangkan "ayo kita bertualang," katanya.


Pameran Hocus Pocus REEXP Solo Exebition. Foto Doc: zerowasteadventure

Ada lebih dari 20 robot yang dipamerkan dalam Hocus Pocus REcycle EXPerience (REEXP) Solo Exibition, karya Evan Driyananda dan Attina Nuraini, di  Nuart Sculpture Park. Karya-karya mereka merupakan perjalanan mengolah benda-benda temuan yang sudah tidak terpakai, sebagai material utama dalam menciptakan karya seni selama kurun waktu 18 tahun terakhir.

Robot menjadi karakter visual utama dalam karya-karya seni mereka, karena berawal dari ketertarikan mengoleksi mainan. Yang menarik, semua karya-karya robot yang mereka buat murni menjelma dari imajinasi tanpa membuat sketsa di atas kertas terlebih dulu.

Pameran Hocus Pocus membawa kita untuk ikut menelusuri alam imajinasi Evan dan Attina, akan ingatan mereka terhadap figur karakter tokoh-tokoh heroik. 

Namun tak hanya soal mainan robot, dalam perspektif saya yang memiliki ketertarikan dengan isu masalah sampah, karya-karya REEXP mampu menggugah mereka yang masih abai terhadap permasalahan sampah yang sudah sangat serius. Setidaknya dari sesederhana "kok bisa barang-barang tidak terpakai seperti itu dibuat menjadi robot-robot keren yang sama sekali tidak terlihat bukan sampah?"

Pameran Hocus Pocus REEXP Solo Exebition. Foto Doc: zerowasteadventure

Mereka mampu menempatkan barang-barang temuan tidak terpakai ini menjadi hidup dan menjelma menjadi wujud yang tidak terpikirkan sebelumnya oleh orang lain. Dalam karya "When Super Meet Hero" misalnya, mereka memadukan mainan plastik, sparepart kendaraan bermotor, tutup botol, hingga benda-benda aneh lainnya yang tidak mampu saya kenali menjadi fusion robot ultramen-gatotkaca. 

Hocus Pocus! seperti namanya, pameran ini memang seperti merapal mantra sihir, yang membuat benda-benda temuan tak terpakai menjadi karya seni yang hidup penuh imajinasi. Pameran ini mengingatkan kembali betapa pentingnya kita memperlakukan barang sisa konsumsi kita dengan baik dan penuh tanggung jawab. Hal ini tidak hanya memberikan nilai baru bagi barang sisa konsumsi, namun juga membantu menekan laju produksi sampah yang kita hasilkan. 

Pameran Hocus Pocus REEXP Solo Exebition. Foto Doc: zerowasteadventure

Di akhir petualangan menjelajahi alam imajinasi REEXP, sebuah robot menyentil saya sebelum pulang. Bentuknya mirip sekali dengan  C-3PO yang dibuat Anakin Skywalker (Star Wars). Robot berwarna emas ini duduk tertunduk di dalam gerobak beroda dua bertuliskan "Hirup Aing Kieu-Kieu Wae".

Saya tersenyum. Enya naha nya jelema teh kieu-kieu wae (orang-orang kenapa masih gini-gini aja). Teriak lingkungan kotor, tapi masih buang sampah sembarangan. Teriak sampah bau, tapi tidak pernah belajar pilah sampah. Teriak sampah penuh ngga diangkut-angkut, tapi gak mau mulai kurangi produksi sampah. Teriak gunung kotor, tapi padahal ikut berkontribusi menambah timbulan sampah di gunung/basecamp. ***

No comments:

Post a Comment