Tuesday, June 13, 2017

Kelahiran Pertama!




"Hai.. Selamat pagi!
Selamat ya atas terbit bukunya
Boleh aku pesan dan bole tau harganya per piece?
Salam, Janti" 

Sebuah pesan masuk di akun Line saya pagi itu. Dengan posisi badan masih berbaring di balik selimut, dan mata memicing digelayuti kantuk saya mencoba membaca pesan itu baris demi baris. Janti? tunggu dulu...


Seketika jantung saya berdebar ketika pandangan mata saya merayapi bagian teratas pesan. Benar saja, disana tertulis nama pengirim pesan, Alterjiwo. Nama yang selalu saya kagumi setiap laku dan pemikirannya. Seorang wanita hebat yang menerapkan gaya hidup sehat, yang sangat membumi dan menginspirasi banyak orang. Mimpi apa tadi malam, pagi-pagi dikontak idola sendiri.

Tanpa beranjak ke kamar mandi, pagi itu saya langsung segar bugar dan bersemangat membalas pesannya. Kami pun berbincang. Bukan hanya untuk pemesanan buku yang harus saya kirimkan ke Bali, tapi perbincangan kami juga dibubuhi sejumlah pesan dan brainstorming manis yang membuat saya tak lagi butuh sarapan pagi itu (Ya iyaa soalnya lagi puasa ai kamu, hahaha).

Pagi itu adalah dua minggu setelah kelahiran buku Zero Waste Adventure. Buku yang akhirnya saya terbitkan secara self publishing, setelah sekitar 1,5 tahun naskahnya menganggur menunggu jawaban dari dua penerbit besar.

Pagi itu, saya tersenyum lega, karena setelah sempat merasakan kecewa akibat salah satu penerbit melayangkan surat cintanya (penolakan), ternyata Zero Waste Adventure memang ditakdirkan semesta untuk dilahirkan dengan cara self publishing. Betapa tidak, self publishing membuat saya bisa bebas melahirkan buku ini tanpa dibungkus lapisan plastik.


Dua minggu setelah kelahiran buku Zero Waste Adventure, sudah 20 persen dari total cetakan pertama terjual. Terharu karena sejak awal tidak pernah membayangkan secepat itu.

Sebenarnya, bagi saya tidak terlalu penting berapa jumlah buku yang terjual. Karena sebagai penulis buku pemula, saya sudah sangat senang bisa melahirkan buku pertama. Juga, tidak terlalu penting berapa persen buku yang sudah berpindah tangan dari penulisnya, karena saat-saat yang menyenangkan bagi saya justru adalah ketika mereka yang membeli buku Zero Waste Adventure, kemudian dengan antusias mengontak saya dan berdiskusi soal banyak hal.

Ada yang mulai belajar membuat kompos. Ada yang bertanya apa bisa wadah komposnya pakai ini atau itu. Ada yang curhat soal kemungkinan sampah apa yang bisa ia kurangi di rumah. Ada yang lapor kalau dia jadi beres-beres barang gak terpakai di kost-nya. Ada yang mau mendaki gunung pertama kali dan ingin menerapkan zero waste. Ada juga yang mau melakukan ekspedisi serupa dengan konsep mendaki tanpa sampah.

Masih banyak cerita-cerita lainnya yang begitu menyenangkan saya dapatkan. Cerita-cerita yang bernilai jauh sangat mahal dibandingkan harga buku yang hanya saya bandrol Rp 45.000 itu. Terima kasih teman-teman sudah berbagi cerita-cerita mengagumkan kalian setelah membaca Zero Waste Adventure.

Sebagian isi buku Zero Waste Adventure sebenarnya adalah tulisan-tulisan saya yang sebelumnya pernah diterbitkan di Pikiran Rakyat selama menyelesaikan Ekpedisi Nol Sampah ke lima gunung di Indonesia. Ekspedisi yang kerap saya ceritakan jika sedang berbagi cerita dan diskusi di sejumlah kesempatan.

Namun, seperti yang sering saya sebutkan, yang ingin saya sampaikan melalui Zero Waste Adventure sebenarnya bukan hanya menyoal kegiatan bertualang. Lebih dari itu, adalah semangat untuk mengampanyekan gaya hidup Zero Waste menjadi lebih masif lagi terutama pada teman-teman generasi muda. Karena itu di dalamnya juga saya tuliskan kisah upaya-upaya sederhana yang saya coba untuk mengurangi produksi sampah.

Meski banyak pembeli buku Zero Waste Adventure yang tidak saya kenal, saya begitu terpukau dengan latar belakang masing-masing dari mereka. Dari sejumlah alamat yang saya dapatkan, banyak diantaranya yang menggunakan alamat kantor sehingga setidaknya membuat saya tahu latar belakang pekerjaan mereka yang tertarik membaca Zero Waste Adventure.

Saya menyebut buku Zero Waste Adventure sebagai sebuah buku cerita petualangan. Sebuah cerita petualangan yang bukanlah akhir petualangan penulisnya. Sebuah cerita petualangan yang dapat menjadi awal petualangan baru bagi orang lain.

Saya menyebutnya sebagai sebuah cerita petualangan, karena.... "If you want to move people, educate, and transform, you need stories to persuade. (unknown),"

Sederhananya, saya bisa mengajak orang lain untuk berubah kalau saya sendiri sudah melakukan perubahan itu. Ini juga sekaligus menjawab pertanyaan beberapa teman, kenapa saya tidak menjadikan Zero Waste Adventure sebagai sebuah komunitas?

Sudah sangat banyak komunitas, dan organisasi pegiat alam bebas dan lingkungan hidup. Komunitas manapun dapat menyuarakan gerakan yang sama, termasuk kampanye gaya hidup zero waste yang bisa dilakukan oleh siapa saja. Bagi saya, yang terpenting bukan komunitasnya, tapi konsistensinya.

Saya juga memilih kegiatan berpetualang sebagai media penyampai pesan terkait gaya hidup zero waste. Because adventure is a statement. Karena dengan bertualang, pembelajaran soal pentingnya mengurangi produksi sampah demi kelestarian alam lebih terasa menampar.

Persis seperti sebuah pesan yang ditulis Bu Janti pagi itu pada saya.. "Makin napak ke ibu bumi dan lingkungannya, makin tinggi akselerasi pembelajarannya. Jangan goyah, u r in ur right track."

No comments:

Post a Comment