Sunday, October 13, 2019

Tips Hidup Zero Waste dengan Kucing



I REALLY LOVE CATS! Lucu, menggemaskan, banyak tingkah, objek menertawakan hidup, dan a seriously best stress healer.

Seumur hidupku, ada dua kucing yang hidup dan tinggal bersama saya di rumah. Naga dan Pegasus. Dua-duanya jenis kucing kampung, yang saat ini masih ada. Pegasus masih tinggal di rumah, Naga udah jadi abang-abang perantau yang kadang pulang dan pergi sesuka hatinya.

Banyak yang bertanya, bagaimana saya mengatasi sampah yang dihasilkan dari kucing-kucing ini baik dari makanannya sampai sampah poopnya. Bagaimanapun, binatang peliharaan bisa jadi salah satu sumber masalah sampah di rumah.


Berikut tips untuk meminimalisir sampah dari kucing peliharaan, berdasarkan pengalaman yang saya lakukan:

1. Makanan Kucing

Makanan kucing jadi salah satu sumber potensi sampah yang cukup banyak. Terutama, dari kemasan-kemasan makanannya. Padahal, sejatinya kucing bisa jadi solusi untuk permasalahan sisa makanan yang kita hasilkan di dapur.

Untuk menghindari sampah makanan kucing, minimalisir pembeliaan makanan kucing yang berkemasan.

Lebih banyak beri kucing real food, atau makanan natural yang sesuai fitrah mereka. Misalnya ikan, dan daging. Saya pribadi biasanya memberi makan ayam rebus, ikan tongkol, tempe, hingga telur. Bahan makanan natural ini, mudah didapatkan di pasar tradisional tanpa kemasan plastik, dan bisa kita beli dengan wadah sendiri.

Untuk selingan, saya juga masih beri mereka makanan kering dan basah. Kalau di sekitar rumahmu memungkinkan untuk beli makanan kering kiloan, itu akan jauh lebih mudah. Tapi jika di daerahmu tidak ada pilihan itu, maka alternatifnya adalah beli makanan kering dalam kemasan yang besar. Misalnya beli yang ukuran karungan, atau ukuran 5-10 kg. Daripada membeli ukuran yang kecil-kecil atau 1 kg.

Naga

Saya pribadi, memilih membeli makanan kering ukuran 5 kg untuk Naga dan Pegasus. Itu pun baru habis dalam waktu sekitar lebih dari 3 bulan, karena pemberiannya hanya selingan.

Begitu pun dengan makanan basah, pilih makanan basah yang berkemasan kaleng daripada makanan basah yang kemasan plastik kecil-kecil. Kaleng bisa dicuci dan dikumpulkan untuk diberikan ke tukang loak atau ke bank sampah. Namun perlu diingat, makanan ini hanya untuk selingan, jangan dijadikan makanan utama si kucing.

Dengan memberikan makanan mayoritas makanan natural, bukan hanya kita bisa menghindari masalah sampah. Lebih jauh dari itu, kucing juga jadi lebih sehat karena asupan makanannya bukan makanan instan/olahan.

Soal harga, sangat relatif. Tinggal disesuaikan makanan kucing yang dirasa ramah di kantong, dan tidak menguras pengeluaran.



2. Pee dan Poop

Di balik semua kelucuannya, permasalahan terbesar memiliki binatang peliharaan, termasuk kucing, adalah kotorannya. Mayoritas pencinta kucing punya kotak pasir khusus untuk si kesayangan buang air besar dan kecil. Selain pengeluaran yang cukup lumayan untuk menyediakan pasir kucing, sampah yang lumayan banyak dari kotoran mereka juga jadi permasalahan terutama bagi teman-teman yang ingin mengurangi produksi sampah di rumah.

Saya, tidak punya kotak pasir kucing.

Sejak awal datang ke rumah, kedua kucing saya, Naga dan Pegasus diajarkan untuk menyelesaikan hajat pee dan poop mereka di kamar mandi. Iya, kamar mandi. Iya, di kloset.


PEGASUS
Mengajarkan kucing untuk pee dan poop di kloset, sejauh ini untuk saya adalah solusi yang simple, untuk menghindari sampah pasir kucing.

Mengajarkan kucing untuk terbiasa dengan kloset memang agak tricky, dan tentu butuh waktu. Tapi dari pengalaman dua kucing yang saya rawat, gak terlalu lama untuk Naga dan Pegasus mengerti dan terbiasa untuk buang air di kloset.

Caranya, ketika kucing pertama kali datang ke rumah, perhatikan dimana dia buang air kecil pertama kali. Lap bekas air kecilnya, lalu simpan lap nya di kamar mandi dekat kloset. Ketika kucing terlihat mau buang air kecil lagi, segera bawa kucing ke kamar mandi, atau bahkan jika perlu kunci di dalam kamar mandi untuk beberapa saat, sampai dia buang air di lap atau kloset.

Lakukan terus menerus, latih sampai kucing nantinya terbiasa dengan sendirinya pergi ke kamar mandi setiap kali ingin buang air kecil atau poop.

Lucunya, kalau kucingmu sudah terbiasa pee dan poop di kamar mandi, akan ada kejadian dimana kamu akan rebutan kamar mandi dengan kucingmu. Kejadian ini sering aku alami. Pegasus suka duluan buru-buru pakai kloset, kalau tahu saya atau aa mau ke kamar mandi. Atau ketika saya lagi di dalam kamar mandi, Pegasus menunggu di luar, dan langsung buru-buru masuk dan ke toilet begitu saya buka pintu kamar mandi.

Toilet traning juga bisa jadi solusi untuk teman-teman yang memelihara kucing jenis angora, atau kucing blasteran lainnya. Karena kucing jenis ini biasanya tidak dibiarkan keluar rumah, dan selalu berada di dalam rumah.


3. Adopt don't shop

Adopsi, jangan beli kucing. Ini penting sekali untuk teman-teman pencinta binatang. Mengadopsi, bukan membeli binatang peliharaan adalah kunci penting lainnya.

In my humble opinion, membeli binatang peliharaan akan membuat kita akan memperlakukan mereka seperti barang lainnya yang kita beli. Disimpan di rumah, tidak boleh keluar karena takut hilang, kalau hilang sayang sudah keluar uang banyak-banyak. Ini yang membuat treatment kita terhadap kucing kadang berlebihan, dan juga lebih banyak sampah yang dihasilkan.

Mengadopsi kucing dari teman, atau memungut stray kitten yang terlantar di jalan akan jauh lebih baik.

4. Jangan kurung kucing di kandang/ di dalam rumah

Biarkan kucing bebas berkeliaran di rumah. Kamu bisa tutup pintu beberapa ruangan yang kalian tidak ingin kucing masuk. Misalnya pintu kamar, atau pintu gudang.

Jika memungkinkan, juga biarkan kucing juga berkeliaran keluar rumah. Mereka pasti akan pulang ke rumah. Kalaupun suatu saat tidak kembali, sudah waktunya kita untuk belajar ikhlas.

Tidak mengurung kucing dalam kandang, artinya juga membuat kamu tidak perlu repot-repot menyediakan pasir dalam kandang.

Kiri ke kanan: Simba, Bambi, Hachi, Benji.

5. Jangan pelihara terlalu banyak kucing atau hewan peliharaan lain

Ini juga poin penting yang aku sarankan untuk teman-teman yang ingin menerapkan gaya hidup zero waste. Memelihara terlalu banyak kucing, artinya juga akan lebih banyak tantangan yang harus dihadapi di rumah.

Belum mengurus produksi sampah yang kita hasilkan, harus ditambah dengan beban sampah dari hewan peliharaan yang banyak.

Jika di rumah terlanjur banyak kucing peliharaan, bisa dibiarkan diadopsi oleh teman atau saudara. Selain itu, jangan lupa steril kucing untuk menekan populasi kucing liar, dan mengantisipasi banyaknya kucing terlantar.

Pegasus sebelum disteril, sempet melahirkan empat anak. Simba, Bambi, Hachi, dan Benji. Empat-empatnya lucuuuu. Tapi setelah usia tiga bulan, keempatnya langsung kuikhlaskan untuk diadopsi teman dan saudara. Setelah anak-anak diadopsi, Pegasus pun disteril.

Kalau kalian, bagaimana antisipasi meminimalisir sampah dengan hewan peliharaan? boleh berbagi di kolom komentar ya. ***










No comments:

Post a Comment