Saturday, March 5, 2016

Plastik Berbayar : A Wind Of Change


Satu tempat yang saya pikir nyaris tidak mungkin berbelanja dengan menolak kantong plastik adalah toko buku. Selama ini toko buku selalu mewajibkan buku yang kita beli dimasukan dalam kantong plastik, yang kemudian 'disegel' dengan struk pembayaran. Sebagai bukti bahwa kita sudah membeli buku tersebut.

But it's so yesterday. Semua berubah setelah negara api menyerang. Hal yang saya kira nyaris tidak mungkin, ternyata menjadi mungkin setelah pemerintah menerapkan peraturan kantong plastik berbayar. Ya, sekarang toko buku seperti Gramedia bahkan mau melayani kita membeli buku tanpa menggunakan kantong plastik!

Buku yang saya beli hanya diikat dengan karet dan ditempel struk pembayaran

Minggu lalu saya beli novel Intelegensi Embun Pagi Dee Lestari di toko Gramedia, Jalan merdeka, Bandung. Karena tahu di sejumlah ritel besar sudah diterapkan kantong plastik berbayar, saya iseng bertanya..
"Boleh gak pake kantong plastik mba?" kata saya.
"Boleh mba," kata mba kasir. Cihuiyyy euy.

Seminggu kemudian, tepatnya Jumat 4 Maret 2016 saya membeli buku lagi di toko yang sama. Kali ini malah kasirnya yang duluan bertanya,
"Mau pakai kantong plastik mba?" katanya.
"Ngga usah mba," jawab saya senang.
Lalu buku yang saya beli diikatnya dengan karet gelang, dan struk pembayaran ditempel dengan selotip di buku yang saya beli. Wow, mereka mengubah standar operasional prosedur (SOP) sang kasir demi memfasilitasi konsumen yang ingin membeli buku tanpa harus menggunakan kantong plastik. SOP yang nyaris saya pikir tidak mungkin dilakukan toko buku gramedia.

Seperti yang kita tahu, pemerintah melalui Kementrian Lingkungan Hidup menerapkan aturan kantong plastik berbayar, mulai pada 21 Februari 2016 lalu. Meskipun baru di sejumlah ritel-ritel besar namun Pemerintah sudah mulai menerapkan kantong plastik berbayar sebesar Rp 200.

Seorang teman bertanya pada saya, emangnya ngaruh plastik berbayar. Rp 200 doang mah, gakan bisa semudah itu mengubah budaya orang untuk menolak kantong plastik.

Bagi saya, justru dampaknya sebenarnya sangat terasa. Meskipun tidak serta merta bisa segera mengubah budaya masyarakat dalam menolak kantong plastik, tapi peraturan tersebut telah menggerakan ritel-ritel besar untuk mengubah standart Operasional Prosedur (SOP) mereka.

Kita tahu bagaimana biasanya kasir di supermarket atau minimarkat saat melayani pembeli di supermarket. Semua barang dikantongi plastik, dan untuk jenis barang yang berbeda harus dipisahkan kantong plastiknya. Misalnya produk kecantikan tidak boleh disatukan dengan makanan.

Tapi dengan penerapan kantong plastik berbayar, BBBAAAMMM,SOP kasir berubah. Mereka jadi lebih dulu menawarkan apakah konsumen mau pakai kantong plastik atau tidak. Mereka bahkan menyarankan konsumen untuk tidak menggunakan kantong plastik jika barang yang dibeli hanya sejumlah kecil. Mereka juga menanyakan apakah kita membawa kantong kain sendiri atau tidak. Mereka tidak lagi canggung dan aneh kalau ada orang-orang seperti saya yang membawa kantong kain sendiri.

Seperti yang saya alami pada awal Maret 2016 lalu. Saya mengunjungi salah satu supermarket di kawasan Jakarta sepulang bekerja. FYI, saya tinggal di Bandung namun hampir setahun terakhir ini sedang menjalankan tugas negara di ibukota.

Saya mampir untuk beli sebotol merica. hah, Beli merica doang ke supermarket? :D cuma itu satu-satunya pilihan terdekat saya selama disana.

Ngga seperti biasanya, siang itu mbak-mbak kasir lebih duluan agresif daripada saya.
"Mbak, mericanya ga butuh diplastikin kan?" katanya.
"Iya engga usah mba," kata saya, sambil langsung memasukan merica ke dalam tas setelah membayar.

Di depan saya, seorang bapak masih merapikan barang belanjaannya yakni dua pack air mineral yang dibawanya ke dalam plastik. Karena belanjaannya berat, si bapak meminta kasir untuk tambahan kantong plastik. "Kantong plastiknya bayar pak, Rp 200. Bapak mendingan ke satpam aja, minta diikat aja pakai rapia ya supaya ga usah pakai plastik lagi," ujar mbak kasir itu lagi.
Saya kemudian melangkah pulang dengan senyum mengembang.

The future's in the air
I can feel it everywhere
Blowing with the wind of change ...(Scorpions, Wind Of Change)

No comments:

Post a Comment