Wednesday, December 4, 2024

Dunia Gagal Hentikan Masalah Polusi Plastik, INC-5 Berakhir Tanpa Hasil

\

INC Chair, Luis Vayas saat memimpin jalannya INC-5. (Sumber: UNEP/Duncan Moore)

Negosiasi putaran kelima (INC-5) untuk menyusun Perjanjian Internasional tentang Plastik berakhir tanpa hasil, Senin, 2 Desember 2024. INC-5 yang berlangsung di Busan, Korea Selatan itu hanya menghasilkan draft naskah perjanjian plastik untuk kembali dibahas pada INC-5.2 tahun depan.

Dalam siaran persnya, Aliansi Zero Waste Indonesia (AZWI) menyampaikan kekecewaannya atas hasil INC-5. Negosiasi tanpa hasil memuaskan ini memperlihatkan kegagalan negara-negara di dunia untuk menyepakati perjanjian penting guna mengakhiri pencemaran plastik.

Juru Kampanye Walhi Nasional, Abdul Ghofar mengaku sangat menyayangkan kegagalan negara-negara menyepakati perjanjian plastik pada negosiasi kelima tersebut. Padahal ada lebih dari setidaknya 100 negara yang sepakat mendorong pengurangan produksi plastik.

Tantangan besar datang dari negara-negara produsen plastik yang menghambat adanya perjanjian kuat dan mengikat.

“Negosiasi tambahan (INC 5.2) harus jadi momentum negosiasi terakhir untuk mengakhiri pencemaran plastik. Kami berharap negara-negara Asia, termasuk Indonesia bergabung dengan koalisi negara-negara ambisi tinggi yang selama negosiasi kelima menunjukkan keberpihakan pada lingkungan hidup dan kesehatan manusia," katanya, seperti dilansir laman resmi Aliansi Zero Waste Indonesia (AZWI).

Foto: UNEP


Saatnya Serius!

Forum pleno pada INC-5 memutuskan untuk memperpanjang sesi negosiasi melalui INC-5.2 tahun depan. INC Chair, Luis Vayas, mengusulkan teks yang disirkulasikan pada tanggal 1 Desember sebagai draft text untuk negosiasi tahun depan. INC Chair menyatakan tidak ada pasal yang dapat disetujui sampai semua teks diterima oleh semua negosiator.

Pada sesi pleno yang baru dimulai hari Minggu, 1 Desember 2024 pukul 21.00 waktu Busan, sebagian besar anggota negosiasi, 95 negara, mendukung Meksiko untuk tetap memasukkan pengurangan produksi plastik primer global dalam Pasal 3 daft teks perjanjian. Selain itu, 85 negara juga mendukung Rwanda untuk mewujudkan perjanjian yang ambisius.

Pertemuan negosiasi kelima perjanjian plastik di Busan, mirip dengan perundingan perubahan iklim di Baku Azerbaijan baru-baru ini,  diwarnai dengan kurangnya komitmen kolektif negara-negara penghasil minyak dan gas untuk mengatasi akar permasalahan pencemaran plastik.

Perundingan terpecah antara negara-negara yang didominasi oleh kepentingan negara-negara penghasil plastik besar dan industri, dan negara-negara korban bukan produsen plastik, yang paling rentan terdampak pencemaran plastik.

Foto: UNEP

Negara-negara produsen biang plastik, seperti olefin dan aromatik, menghambat upaya-upaya untuk membatasi produksi plastik secara signifikan dan menghilangkan bahan kimia berbahaya dalam plastik. Tekanan dari negara-negara migas ini juga terjadi di luar ruang negosiasi. 

Juliet Kabera, Direktur Jenderal Otoritas Manajemen Lingkungan Rwanda, ketua delegasi Rwanda menyatakan bahwa “Sudah saatnya kita menganggapnya serius dan menegosiasikan perjanjian yang sesuai dengan tujuan dan tidak dibuat untuk gagal."

Pernyataannya disambut gemuruh tepuk tangan dan standing ovation hampir semua delegasi.

Senada dengan Rwanda, Ketua Delegasi Panama, Juan Carlos Monterrey Gomez, menyatakan bahwa, “Menunda negosiasi tidak akan menunda krisis [plastik].”***

No comments:

Post a Comment