Foto ilustrasi / Canva |
Sejumlah teori menyebutkan bahwa membangun sebuah kebiasaan sehat, ataupun gaya hidup sehat membutuhkan waktu setidaknya 3 minggu atau 21 hari. Ide tersebut rupanya dibantah oleh para peneliti dari University of South Australia (UniSA), yang menyatakan bahwa ternyata butuh waktu yang jauh lebih lama dari itu.
Dalam studi yang mereka lakukan, dan dipublikasikan di jurnal Healthcare, para peneliti menyatakan kalau membentuk sebuah kebiasaan baru memerlukan waktu hingga 335 hari untuk terbentuk sepenuhnya.
Salah seorang peneliti di UniSA, Dr Ben Singh menjelaskan bahwa gagasan tentang membentuk sebuah kebiasaan hanya dalam tiga minggu tidak didukung oleh bukti ilmiah. Menurut dia, menerapkan kebiasaan sehat adalah proses yang panjang dan seringkali sulit.
“Pada awal tahun, banyak dari kita yang menetapkan tujuan dan membuat rencana untuk beberapa bulan ke depan – hal-hal seperti menjadi lebih aktif, mengurangi gula, atau membuat pilihan makanan yang lebih sehat. Namun meskipun ada anggapan umum bahwa hal tersebut hanya membutuhkan waktu 21 hari. untuk membentuk kebiasaan seperti itu, klaim ini tidak berdasarkan bukti,” kata Dr. Singh, seperti dilansir Earth.com, Selasa, 28 Januari 2025.
Membentuk kebiasaan sehat saat ini menjadi perhatian yang sangat penting bagi banyak orang. Apalagi, penyakit kronis masih menjadi salah satu tantangan kesehatan terbesar di dunia. Mulai dari diabetes, penyakit jantung, penyakit paru-paru, dan stroke.
Banyak dari penyakit kronis tersebut dapat dicegah dengan melakukan perubahan gaya hidup. Seperti memperbaiki pola makan, meningkatkan aktivitas fisik, dan berhenti merokok.
Dr. Singh menuturkan, membentuk sebuah kebiasaan baru sangat bervariasi dan dapat memakan waktu hingga hampir satu tahun, bergantung pada beberapa faktor.
Menurut dia, memahami lamanya waktu yang dibutuhkan untuk membentuk sebuah kebiasaan baru sangat penting untuk merancang intervensi kesehatan yang efektif.
"Jika orang menyadari bahwa pembentukan kebiasaan adalah proses jangka panjang dan bukan perbaikan cepat, kecil kemungkinannya mereka akan meninggalkan upaya mereka sebelum waktunya. Penelitian ini juga dapat membantu memandu kampanye kesehatan masyarakat dan strategi individu yang bertujuan mendorong perubahan perilaku jangka panjang," katanya.
foto: Ilustrasi / Canva |
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Studi UniSA, yang meneliti lebih dari 2.600 peserta, menemukan bahwa faktor-faktor tertentu mempengaruhi keberhasilan suatu kebiasaan baru terbentuk. Salah satu elemen terpenting adalah konsistensi. Semakin sering seseorang melakukan suatu perilaku baru, semakin besar kemungkinan perilaku tersebut menjadi sebuah kebiasaan.
Kemudian, waktu juga berperan sebagai faktor yang mempengaruhi lainnya. Dr. Singh mencatat bahwa kebiasaan yang dimasukkan ke dalam rutinitas pagi kemungkinan besar akan bertahan. Alasan dibalik hal ini adalah rutinitas pagi hari cenderung lebih stabil dan dapat diprediksi dibandingkan waktu-waktu lain dalam sehari.
Jika seseorang melakukan aktivitas di pagi hari, kecil kemungkinannya mereka akan lupa melakukannya, karena kejadian tak terduga atau kelelahan.
Kenikmatan adalah faktor utama lainnya. Orang lebih cenderung mempertahankan suatu kebiasaan jika mereka menganggapnya menyenangkan atau bermanfaat. Misalnya, seseorang yang senang berenang mungkin akan lebih mudah mempertahankan kebiasaan olahraga teratur dibandingkan seseorang yang memaksakan diri untuk berlari meski tidak menyukainya.
“Merencanakan dan berniat untuk menyelesaikan suatu perilaku baru juga dapat membantu memantapkan kebiasaan baru, jadi pastikan Anda terus meluangkan waktu untuk memasukkan kebiasaan baru yang sehat ke dalam aktivitas sehari-hari Anda,” tutur Dr Singh.
Foto: Ilustrasi / Canva |
Tantangan
Banyak orang menyerah pada resolusinya karena mengharapkan hasil yang segera. Ketika mereka tidak melihat kemajuan yang cepat, mereka menjadi putus asa dan kembali ke kebiasaan lama.
Penelitian ini menyoroti pentingnya kesabaran dan ketekunan dalam pembentukan kebiasaan.
Daripada berfokus pada perubahan jangka pendek, individu harus memandang pembentukan kebiasaan sebagai investasi jangka panjang dalam kesehatan dan kesejahteraan mereka. Jika sebuah kebiasaan tidak terasa otomatis setelah beberapa minggu, bukan berarti itu sebuah kegagalan. Ini berarti dibutuhkan lebih banyak waktu dan pengulangan.
Penting juga untuk bersikap fleksibel dan mudah beradaptasi. Jika satu pendekatan tidak berhasil, mencoba strategi lain dapat membantu.
Misalnya, jika berolahraga di pagi hari terasa tidak berkelanjutan, mengalihkan olahraga ke waktu makan siang atau malam hari mungkin lebih tepat. Kuncinya adalah menemukan rutinitas yang menyenangkan dan praktis.
Jadi, kalau kalian sedang berusaha membentuk kebiasaan baru, apapun itu, fokus saja dengan konsistensi, nikmati, dan jangan lupa bersenang-senang dalam melakukannya. Bagaimanapun perjalanan menuju kualitas hidup yang lebih baik bukanlah sebuah perlombaan, melainkan komitmen jangka panjang.***
No comments:
Post a Comment